Sebagai anak yang lahir sebagai generasi millenials, saya terbiasa dengan jargon “find your passion”. Dimulai dari generasi inilah, orang-orang mulai percaya bahwa hobi itu bisa jadi duit. Tapi sebenernya, penting gak sih punya passion dalam hidup?
Sudah tiga bulan sejak saya berumur 25 tahun. Entah kenapa saya sering mengalami perasaan khawatir, tidak pasti, merasa tidak cukup baik, dan cemas akan masa depan. Adanya tekanan untuk sukses di usia muda pun turut memperparah kondisi yang saya alami saat ini. Hal inilah yang membuat saya terkadang merasa ‘lost’ dan bingung harus melakukan apalagi untuk mendekatkan harapan dan realita. Apakah kamu merasakan hal yang sama? Apabila iya, mungkin kamu sama seperti saya, kita sama-sama sedang berada dalam fase Quarter-Life Crisis.
Dua minggu lalu, saya terbangun dengan kondisi nyeri di bagian punggung bawah. Hal ini membuat saya kesulitan dalam beraktivitas. Ketika duduk, pinggang saya sakit. Ketika membungkukkan badan, nyerinya tambah parah. Apakah kamu pernah merasakan sakit atau nyeri seperti yang saya alami? Jika iya, berarti kamu dan saya sama seperti 80% populasi manusia di dunia yang mengalami nyeri pinggang dalam kehidupan mereka. Awalnya saya malas bergerak karena rasa nyeri di bagian punggung, tapi dengan melakukan beberapa latihan sederhana ternyata mampu membantu mengatasi rasa sakit yang saya alami.
Cina merupakan negara yang memiliki warisan budaya yang kental dan simbol hewan merupakan hal yang tak terpisahkan dari budaya mereka. Selain itu, orang-orang Cina juga terkenal sebagai filsuf dan pengamat yang handal. Seperti contohnya, mereka memahami makna yang lebih mendalam di balik karakter yang baik dari hewan-hewan yang ada dan memaksimalkan karakter dari hewan tersebut untuk diaplikasikan ke dalam hidup mereka. Simbol-simbol hewan tersebut berfungsi sebagai pengingat, jimat, dan pertanda.
Bagi sebagian orang, tahun baru merupakan momen kontemplasi untuk menjadi lebih baik. Mereka menginginkan ada peningkatan dalam hidupnya, mulai dari ingin menurunkan berat badan, hidup lebih sehat, mulai menabung, berhenti merokok, dan sebagainya. Itulah yang memotivasi mereka untuk membuat serangkaian resolusi. Tapi, berapa banyak resolusi yang menjadi kenyataan? Penelitian yang dilakukan oleh departemen psikologi Universitas Scranton di Amerika Serikat menemukan bahwa hanya 10% resolusi tahun baru yang terwujud. Lantas, kenapa hasilnya begitu rendah padahal mayoritas orang sangat bersemangat ketika membuat resolusi tahun baru?
Bagi sebuah negara demokrasi, aksi demonstrasi bukanlah hal yang baru. Aksi tersebut sangat lazim digunakan sebagai cara untuk menyampaikan aspirasi. Beberapa hari yang lalu, sebuah aksi damai dari umat muslim digelar di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia menuntut proses hukum kepada Ahok (Basuki Tjahja Purnama) atas dugaan penistaan agama. Walaupun berjumlah ratusan ribu orang, kita bersyukur aksi tersebut berjalan lancar dan tertib. Selain lancar dan tertib, ternyata ada beberapa fakta menarik dari aksi damai 4 November 2016.
“Oh, loe diet? Kok gak ada perubahan?” Saat pertama kali saya memutuskan untuk mengubah gaya hidup, ada saja orang yang suka memberikan komentar negatif. Untungnya, lama-kelamaan saya jadi terbiasa. Menanggapi komentar negatif, biasanya saya cuma senyum terus ngeloyor pergi. Saya percaya, hidup akan jauh lebih mudah apabila kita berhenti mendengarkan komentar negatif dari orang lain, apalagi kalau isinya cuma nyiyir. Dan sikap masa bodoh saya pun membuahkan hasil; selama 1 tahun 8 bulan akhirnya saya berhasil menurunkan 16 kg.
Banyak orang mencapai usia empat puluh tahun hanya untuk menyadari bahwa mereka telah melewatkan hidup mereka begitu saja. Dalam banyak kejadian, banyak hal baik yang mungkin dapat terjadi di hidup mereka. Hanya saja ketika tantangan itu datang, mereka tidak memiliki cukup keberanian untuk mengambilnya. Hidup bicara soal keputusan-keputusan. Dan, “bermain aman” adalah keputusan yang sangat buruk.
Melakukan hal yang sama terus menerus, namun mengharapkan hasil yang berbeda adalah hal yang mustahil. Dunia modern menuntut kita untuk berpikir kreatif, tidak biasa, dan jarang terpikirkan oleh kebanyakan orang. Cara baru yang revolusioner ini telah terbukti menyelesaikan masalah kecil maupun global. Rahasia untuk menemukan cara yang revolusioner, ternyata sederhana. Caranya yaitu berpikir, berbicara, dan bertindak seperti “orang aneh”. Sudut pandang inilah yang mampu mengubah dunia.
Sumbe foto: huffingtonpost.comSudah lebih dari 100 tahun yang lalu sejak narkoba dilarang beredar di Amerika Serikat dan Inggris, kemudian pelarangan itu diikuti oleh seluruh dunia. Barang siapa yang memiliki, mengkonsumsi, dan mengedarkan narkoba akan diberikan hukuman berat. Walaupun pendekatan melalui hukuman terlihat bagus, nyatanya tidak efektif dalam menekan tingkat peredaran narkoba. Lantas, apa yang salah sebenarnya? Seorang penulis dari Inggris Johann Hari dalam TED Talk menjelaskan, dalam memahami kecanduan, kita perlu melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Pengalaman Johann memiliki salah satu anggota keluarga yang menjadi pencandu, membuat Johann berpergian sejauh 30.000 mil untuk bertemu berbagai orang dari belahan dunia untuk mencari tahu, apa itu kecanduan? Apakah ada cara yang lebih baik untuk mengobati pecandu?