Belajar di sekolah bisnis populer tentu saja merupakan hal yang bagus. Tapi, itu saja tidak cukup. Untuk menjadi sukses, kita perlu belajar hal-hal di luar kurikulum sekolah. Kita harus bisa merasakan sendiri dan berkembang bersama bisnis kita sendiri.
Keberanian untuk bahagia dimulai dengan berani untuk menjadi orang yang tidak disukai. Jangan pernah hidup hanya untuk memuaskan harapan orang lain. Jika mereka tidak suka dengan dirimu, itu adalah urusan mereka. Bukan urusanmu.
Kesuksesan masa lalu tidak akan berarti apa-apa apabila kita berhenti untuk bertumbuh dan berkarya. Seperti kata ilmuwan Charles Darwin,”Bukan spesies paling kuat yang bertahan, bukan juga yang paling pintar. Namun spesies yang akan bertahan adalah yang siap menghadapi perubahan.”
Sukses tidak terjadi dalam semalam dan bukan cuma usaha sendiri. Semua bisa bergantung pada kapan kamu dilahirkan, lingkungan tempat kamu dibesarkan, waktu bekerja yang panjang, dan sedikit keberuntungan.
Kita terbiasa untuk terlalu yakin ketika mengambil keputusan. Tanpa sadar, ternyata kita membuat keputusan yang salah. Dengan latar belakang sebagai peraih penghargaan nobel, Daniel Kahneman akan membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih tepat dengan memahami cara kerja otak dalam mengambil keputusan.
Semua berawal dari pikiran. Alasan utama orang tidak mendapatkan apa yang diinginkan, karena mereka tidak pernah tahu apa yang mereka sebenarnya inginkan. Tujuan yang jelas akan mempermudah pikiran kita untuk mencapai apa yang dituju. Sederhananya, untuk jadi orang kaya, semua dimulai dari pola pikir yang benar soal kekayaan dan uang.
Hidup ini singkat. Kita cukup peduli dengan hal yang benar-benar penting saja. Jika, kamu menghabiskan waktu untuk peduli dengan hal-hal yang tidak penting, seperti selalu dengerin omongan orang lain, hidupmu pasti akan menderita.
Jadi buku ini dibuat ketika Charles merasa dirinya gagal menahan diri untuk tidak makan cookies yang dijual di kantin kantornya. Walaupun dia merupakan jurnalis yang sukses peraih Pulitzer Prize, tapi ternyata Charles kalah dengan godaan cookies. Nah, hal ini yang membuat dia penasaran, bagaimana sih cara kebiasaan terbentuk.
Sebagai anak yang lahir sebagai generasi millenials, saya terbiasa dengan jargon “find your passion”. Dimulai dari generasi inilah, orang-orang mulai percaya bahwa hobi itu bisa jadi duit. Tapi sebenernya, penting gak sih punya passion dalam hidup?
Sudah tiga bulan sejak saya berumur 25 tahun. Entah kenapa saya sering mengalami perasaan khawatir, tidak pasti, merasa tidak cukup baik, dan cemas akan masa depan. Adanya tekanan untuk sukses di usia muda pun turut memperparah kondisi yang saya alami saat ini. Hal inilah yang membuat saya terkadang merasa ‘lost’ dan bingung harus melakukan apalagi untuk mendekatkan harapan dan realita. Apakah kamu merasakan hal yang sama? Apabila iya, mungkin kamu sama seperti saya, kita sama-sama sedang berada dalam fase Quarter-Life Crisis.