
Bicara soal let go tidak berarti harus menjalani hidup sebagai seorang bhikkhu, bahkan menjalani hidup sebagai orang biasa pun mampu memahami hakikat dari let go. Ketika rambut kamu rontok satu per satu, apakah kamu siap menghadapi itu? Ketika orang-orang yang kamu sayangi berubah menjadi tua, sakit, dan kemudian meninggal, apakah kamu siap menghadapi itu? Secara sederhana, Bhante Uttamo menjelaskan ketika di dalam batin seseorang siap menghadapi perubahan, orang itu sudah mengerti hakikat dari let go.
Banyak orang menyakini bahwa memahami konsep let go mampu membuat diri mereka bahagia. Intisari dari let go sebenarnya sederhana: mengetahui kapan harus memegang dan kapan harus melepas. Dalam acara The Essence of Letting Go yang diadakan oleh KMB Dhammasena Trisakti School of Management di Gedung BPPT (12/03), Bhante Uttamo menjelaskan, sebagai umat biasa, kehidupan rumah tangga tidak perlu ditinggalkan, yang paling penting adalah mempunyai kesiapan batin dalam menghadapi perubahan.
Ketika tubuh kita semakin hari semakin lemah, kita harus siap melepasnya. Ketika orang tua kita meninggal, kita harus siap melepasnya. Ketika pasangan hidup kita menjadi tua, sakit, dan meninggal; kita juga harus siap melepasnya. Ketika anak kita pergi untuk sekolah ke luar kota atau ke luar negeri, kita harus siap melepasnya. Bahkan, ketika anak kita meninggal duluan, kita juga harus siap melepasnya. Kebijaksanaan inilah yang mampu menjaga batin kita selalu damai di dalam menghadapi ketidakpastian.
Latihan Let Go dari Melepas Barang-Barang
Bhante Uttamo menjelaskan, untuk memahami konsep let go diperlukan latihan terus menerus dan dapat dilakukan dari langkah yang paling sederhana. Latihan yang paling sederhana yaitu melepas barang-barang yang tidak kita sukai. Misalnya, ketika kita terlanjur membeli sepatu, tapi ternyata sepatu tersebut tidak enak dipakai atau kekecilan. Belajar untuk let go dengan memberikan sepatu itu kepada orang lain. Mungkin bagi beberapa orang, latihan ini tergolong mudah. Namun, bagi beberapa orang lainnya, sulit rasanya mengikhlaskan barang yang tidak disukai untuk orang lain, malah orang tersebut cenderung menyimpan barang yang tidak disukainya hingga rusak.
Apabila sudah bisa, maka latihan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu melepas barang-barang yang kita sukai. Misalnya, kita membelikan orang lain barang-barang yang bagus, padahal apabila kita membeli buat diri kita sendiri saja rasanya berat. Bhante Uttamo mengingatkan, pelajaran let go dimulai dari melepas hal-hal yang kecil, hingga akhirnya kita mampu melepas hal-hal yang besar seperti karir atau bisnis kita, orang-orang yang kita cintai, hingga tubuh kita ketika meninggal.
Latihan Let Go untuk Melepas Pikiran Negatif
Setelah berlatih melepas barang-barang fisik, Bhante Uttamo juga menjelaskan latihan untuk melepaskan pikiran-pikiran negatif. Ada “mantra” yang sangat mujarab untuk memulai latihan untuk melepaskan pikiran-pikiran negatif: Ya sudahlah dia memang begitu. Latihan awal ini bisa dilakukan ketika misalnya ada orang yang menjengkelkan, dalam hati kita bisa berkata, “Ya sudahlah dia memang begitu” untuk membuat hati kita tenang. Di dalam kalimat yang terdengar penuh kepasrahan, terdapat kekuatan untuk menerima dan membuat hati menjadi lebih tenang.
Setelah berlatih mengucapkan “mantra” tersebut, latihan berikutnya yaitu mengganti kebencian dengan kalimat positif. Bhante Uttamo mencontohkan, ketika kebencian muncul, coba ucapkan, “Semoga semua makhluk hidup berbahagia” terus menerus. Perlahan-lahan untuk sementara, kebencian akan tenggelam. Latihan selanjutnya yaitu, menyadari bahwa ini adalah pemikiran kita sendiri. Ketika kita terus mengulang-ulang kejadian yang menyakitkan di pikiran kita, semua itu hanyalah permainan pikiran kita sendiri dan bukanlah kenyataan.
Pada dasarnya, untuk memahami konsep let go perlu latihan terus menerus dan bukan tidak mungkin mampu dipahami oleh manusia biasa yang tidak menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu. Intinya adalah ketika batin kita siap dalam menghadapi segala perubahan dan ketidakpastian, di saat itulah kita sudah memahami bagaimana untuk let go.
Hmmmm dimulai dari melepaskan barang-barang pribadi ya. Aku anaknya sentimentil jadi suka nyimpen barang-barang di kamar. Alhasil kamarku kayak gudang. 😂😂
SukaSuka
Hahaha. Mungkin bisa dimulai dengan melepaskan barang-barang yang tidak ada ikatan emosional.
SukaSuka