Secara pribadi, saya sudah mengalami beberapa kali pergantian atasan. Tentu saja ada rasa sedih yang muncul ketika atasan yang sudah banyak berjasa bagi perkembangan pribadi saya, kemudian memutuskan untuk pergi. Hal ini memang cukup berat. Sederhananya, karena ada sebagian diri saya dalam diri atasan yang telah pergi, itulah yang membuat saya sulit untuk merelakan.
Bukan cuma soal hubungan personal, di masa transisi ini, kebanyakan bawahan akan panik ketika atasannya pergi. Ibarat dalam sebuah kapal, ketika nahkodanya pergi, awak kapal kemudian bingung kemana harus belayar. Ketika ada nahkoda baru pun, perlu waktu bagi orang baru tersebut untuk beradapatasi. Di masa transisi inilah, setiap awak kapal harus membantu nahkoda baru sebaik mungkin agar kapal dapat segera berlayar bahkan apabila memungkinkan mempercepat laju kapal dari sebelumnya.
May be we are not boss-employee anymore, but we can still remain as a friend.
Dalam menyambut atasan baru, penting bagi kamu untuk menghapus segala ekspetasi dan asumsi. Sungguh tidak adil apabila kamu selalu membandingkan atasan baru dengan atasan yang lama. Karena mengharapkan atasan baru seperti atasan lama kamu adalah hal yang mustahil. Dalam hal pekerjaan, atasan yang baru berarti akan ada perubahan dari metode kerja, ini adalah hal yang wajar. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik dengan atasan baru kamu agar tetap berjalan selaras.
Pergantian atasan adalah hal yang wajar dalam dunia kerja. Semakin lama bekerja, kamu akan terbiasa dalam menghadapi fenomena ini. Tetaplah berpikir positif dan anggaplah ini sebagai peluang untuk menjadi lebih baik.
Untuk atasan lama, terima kasih atas bimbingannya selama ini. Sedangkan untuk atasan baru, selamat datang dan mohon bimbingannya.
“Let go of what’s gone, be grateful for what remains, and look forward to what is coming,” – Unknown.