
Kalau bicara soal kepribadian, kita terbiasa membagi manusia menjadi dua kelompok besar: introvert dan ekstrovert. Kelompok yang suka menyendiri dan kelompok yang suka keramaian. Kelompok yang pemalu dan kelompok yang ekspresif. Tapi sejatinya, tidak ada satupun manusia yang pure introvert atau pure extrovert. Bahkan, menurut studi dari Dr. Grant, psikolog dari University of Pennsylvania, hanya sepertiga populasi dunia yang memiliki kepribadian introvert dan ekstrovert yang dominan. Bagaimana dengan sisanya?
Jika dilihat dari sejarahnya, dua jenis kepribadian itu pertama kali dipopulerkan oleh psikiater yang bernama Carl G. Jung pada awal abad ke-20. Namun, makna sesungguhnya dari introvert dan ekstrovert (dulunya disebut extravert) telah jauh berbeda. Sekarang kita terbiasa memberikan ‘label’ kepada seseorang yang pendiam sebagai introvert dan seseorang yang banyak bicara sebagai ekstrovert. Padahal, pada masa itu Carl menyatakan bahwa introvert dan ekstrovert adalah dua kutub kepribadian ekstrim dan kebanyakan dari kita berada di antara kedua kutub tersebut.
Berikut adalah tiga mitos yang salah soal introvert dan ekstrovert:

1. Mayoritas kepribadian manusia introvert atau ekstrovert
Ada yang luput dari penelitian yang dijelaskan oleh Carl, yaitu kepribadian ambivert. Kepribadian ini merupakan gabungan antara kedua kepribadian tersebut. Dalam jurnal psychological science di tahun 2013, dijelaskan bahwa seseorang dengan kepribadian ambivert sangat mudah beradaptasi sesuai dengan keadaan lingkungan yang bisa membuatnya menjadi seorang introvert atau ekstrovert. Maksudnya, di suatu waktu, seorang ambivert akan merasa nyaman menyendiri. Sedangkan, di waktu lainnya, orang tersebut sangat senang bersosialisasi. Dan, tipe kepribadian ini merupakan kepribadian yang dimiliki oleh mayoritas dari populasi masyarakat dunia.

2. Introvert dan ekstrovert menentukan apakah orang itu pemalu atau suka bergaul
Introvert atau ekstrovert sebenarnya menjelaskan bagaimana cara kita mendapatkan energi. Dengan kata lain, bagaimana kita ‘me-recharge’ otak kita. Introvert (atau orang yang memiliki kecenderungan introvert) mendapatkan energi dengan cara menghabiskan waktunya sendiri. Orang dengan tipe ini akan kehilangan energi apabila berada di tempat yang ramai. Sedangkan, ekstrovert (atau orang yang memiliki kecenderungan ekstrovert) mendapatkan energi ketika bertemu dengan orang lain. Orang dengan tipe ini akan kehilangan energi apabila terlalu banyak menghabiskan waktu sendiri.

3. Lebih baik menjadi ekstrovert daripada introvert
Setiap kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Banyak stigma negatif yang mengatakan bahwa introvert adalah orang yang anti sosial dan pemalu. Kenyataannya, orang introvert hanya lebih menyukai waktu sendiri daripada harus berada di keramaian. Dalam hal bersosialisasi, introvert memiliki kemampuan yang baik dalam one-on-one conversation. Sebagai contoh, apabila seorang introvert datang ke sebuah seminar, orang tersebut hanya akan berbicara dengan satu atau dua orang yang menarik perhatian mereka dengan durasi yang cukup lama dengan percakapan yang cukup dalam untuk membuat sebuah bonding. Selain itu, introvert dikenal sebagai teman yang setia. Hal ini disebabkan karena lingkaran pertemanan introvert yang kecil, mereka cenderung sangat menjaga persahabatannya.
Penasaran tipe kepribadian kamu seperti apa? Coba ikuti tes kepribadian yang dibuat oleh Daniel H. Pink disini.
There is no such thing as a pure introvert or extrovert. Such a person would be in the lunatic asylum – Psikiater Carl G. Jung.
Beberapa referensi dari artikel di atas:
1. Fastcompany.com
2. nationalgeographic.co.id
Artikel yang menambah wawasan. Memang sih dalam pandangan saya tidak ada yang benar-benar introvert dan ekstrovert. Kadang-kadang kita mau memiliki waktu sendiri, kadang kalau sendiri suka merasa kesepian. Mengenai masalah mitos no 3 barangkali lebih karena pendapat bahwa manusia itu pada dasarnya makhluk sosial, sehingga dalam hal ini ekstrovert lebih baik daripada introvert.
SukaSuka
Yup, setuju! 😀
SukaSuka
“Dalam hal bersosialisasi, introvert memiliki kemampuan yang baik dalam one-on-one conversation.” so me! 🙂
SukaSuka
Good! 🙂
SukaSuka
aku kayaknya introvert 😐
SukaSuka
Hail introvert! Hahaha.
SukaSuka
Aku merasa sebagai ambivert sih. Nyaman melakukan hal sendirian, tapi kalau ketemu teman-teman dekat juga sebagai recharge energi.
SukaSuka
Tos! Hahaha
SukaSuka
Sangat bermanfaat sekali informasinya,saya juga memiliki informasi seputar Psikologi,berikut link mengenai Informasi Seputar Psikologi
SukaSuka
Terima kasih. 🙂
SukaSuka
“Dalam jurnal psychological science di tahun 2013”
–> tidak disebutkan siapa pengarangnya, judulnya apa, kesimpulannya apa.
Hasil Google malah ketemu ini https://faculty.wharton.upenn.edu/wp-content/uploads/2013/06/Grant_PsychScience2013.pdf
Isinya bukan membahas tentang konsep ambivert itu sendiri, tapi tentang marketing DENGAN ASUMSI terkait konsep ambivert.
Judulnya mitos tapi kesimpulannya mitos juga
Konsep introvert-ekstravert sejak awal memang bukan 2 kutub, melainkan spektrum. Jadi ada yang ke kiri lebih banyak, ada yang ke kanan lebih banyak, dst. Berada di tengah-tengah justru membuat seseorang tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik.
Artikel di atas juga tidak membahas bagian penting dari konsep introversi-ekstraversi:
introvert mendapat energi ketika sendiri
ekstravert mendapat energi ketika bersosialisasi.
Lalu ambivert dapat energi dari mana? Dari dua-duanya? Apa bisa selalu konsisten seperti itu? Akhirnya pasti ada SATU yang lebih dipilih. Itulah yang disebut “preferensi”, yang merupakan bagian penting dari MBTI, tes kepribadian yang berangkat dari pemikiran Jung. 51:49 berarti sudah condong ke salah satu.
Jika ada seseorang yang merasa atau mengaku ambivert, barangkali dia belum menemukan jati dirinya sebagai introvert atau ekstravert. Ini justru bahaya dan tidak menguntungkan
SukaSuka
Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca lebih lanjut di link referensi.
Memang tidak ada yang murni tengah2, seperti di spektrum yang ada di gambar, mayoritas orang berada di antaranya. Selain itu, apabila mau diluangkan untuk membaca tautan referensi di bawah harusnya sudah tahu bahwa Ambivert bisa mendapatkan energi dari dua hal: Ambiverts recharge their energy levels with a mixture of social interaction and alone time.
SukaSuka