Dalam sesi sharing di komunitas Sane Step, Adriano memulainya dengan bercerita soal dirinya yang terbiasa menjadi ‘mantan’. Adriano merupakan mantan karyawan di sebuah advertising agency, mantan penyiar radio, dan mantan host sebuah acara dokumenter di KompasTV. Adriano merupakan orang yang terbiasa mencoba hal yang baru, hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi stand up comedian (untuk saat ini).
When everyone claps their hands for your success, but deep inside you just feel empty, there is something wrong with you. – Adriano Qalbi
Dengan jujur, Adriano bercerita bahwa dulu hidupnya dikendalikan oleh rasa takut dan selalu membutuhkan validasi dari orang lain. Rasa ‘ingin diakui’ oleh orang lain merupakan energi yang luar biasa, energi itu yang mampu mendorong Adriano hingga mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi pada tahun 2011 ketika bekerja di advertising agency seperti, Citra Pariwara hingga International Cannes Lions Awards. Namun, ketika sampai di posisi puncak, Adriano merasa hampa. Dia pun sadar, bahwa bekerja di advertising agency bukanlah apa yang dia mau, selama ini dia hanya melakukannya demi sebuah validasi dari orang lain. Hingga akhirnya, Adriano memutuskan untuk mengundurkan diri dan menekuni dunia yang dia suka yaitu stand up comedy.
Selain soal tujuan hidup, Adriano juga bercerita soal pengalamannya mengalahkan rasa takut dalam hubungan percintaan. Adriano dulunya mempunyai ketakutan akan komitmen. Pernah suatu ketika, Adriano sudah berpacaran selama lima tahun, bahkan sudah bisa melewati fase hubungan dimana harus melakukan LDR (long distance relationship). Kedua orang tua mereka pun sudah menyetujuinya, namun ketika orang tua pasangannya terlihat ingin segera menikahkan mereka, muncul ketakutan dalam diri Adriano, hingga akhirnya Adriano memutuskan wanita tersebut. Dan, siklus ini pun terjadi beberapa kali, Adriano takut apabila menemukan wanita yang lebih mencintai dirinya dan ‘memaksa’ untuk segera menikah. Hingga akhirnya, Adriano mampu mengalahkan rasa takutnya akan komitmen dan memutuskan untuk menikah. Adriano menegaskan, menikah bukan soal umur dan usia hubungan yang sudah terlanjur lama, tapi menikah adalah soal “saya mencintai dia dan dia adalah wanita yang saya pilih”.
Adriano menambahkan, kita harus memiliki keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Ketika pikiran kita sudah mampu mengatasi rasa takut melalui beberapa tips di atas, Adriano mengingatkan, jangan pernah lupa untuk berolahraga dan mendengarkan suara hati. Karena ketika pikiran bekecamuk, tubuh dan jiwa harus membantu untuk menyelaraskan. Latihan mendengarkan suara hati bisa dimulai dengan berlatih duduk diam menyadari nafas dan menikmati keheningan. Dengan menikmati keheningan, akhirnya kita pun sadar bahwa pengakuan yang paling penting bukan berasal dari orang lain, tapi harus berasal dari diri sendiri.
Bagaimana denganmu? Apa ketakutan terbesarmu dan bagaimana kamu akhirnya mampu mengalahkan rasa takut tersebut?
Seneng sama Adri, Podcast Awal Minggu-nya juga seru π
SukaSuka
Ah iya, betul. Bagus podcast-nya. π
SukaSuka
great article kak mike. “Dengan menikmati keheningan, akhirnya kita pun sadar bahwa pengakuan yang paling penting bukan berasal dari orang lain, tapi harus berasal dari diri sendiri.” this is so me.
SukaSuka
Selamat menikmati keheningan. π
SukaSuka
ππππππ»ππ»ππ»
SukaSuka
Ketakutan saya adalah pindah kerja dan membuka usaha sendiri… ketakutan itu masih belum bisa saya atasi…
SukaSuka
Wah, sama dong, mas. Saya juga. Kalau mengambil kisah Chef Alit dan Holycow-nya, coba jalanin bareng antara usaha dan kerja. Namun, ketika usahanya sudah mulai sukses, baru berhenti kerja. Karena yang penting sudah bukan soal passion lagi, tapi dapur tetep ngebul. Hehehe.
SukaDisukai oleh 1 orang
Sebenarnya sih sedang dijalankan pelan2… tidak berani langsung terjun karena masih jauh dari kata settle…
SukaSuka
Semangat mewujudkan mimpi, mas. π
SukaSuka